Buscar

Páginas

Tinggal di Tenda Pengungsian (Babakan Baru Kehidupan Sosial Warga Yogya)

Belajar dari masalah.

Pascabencana alam yang datang bertubi-tubi di wilayah
Yogyakarta, mulai dari bencana Gunung Merapi sampai dengan
gempa bumi yang menyebabkan banyak korban berjatuhan rupanya
telah memberikan suatu fenomena baru dalam kehidupan warga
masyarakat yang terkena musibah. Tercatat kurang lebih 109.100
bangunan rumah tinggal rusak total dan 6.234 korban jiwa.
Korban bencana yang masih hidup, saat ini kembali meneruskan
dinamika kehidupannya. Hidup dengan sisa-sisa harta benda
yang dimiliki dalam tenda-tenda pengungsian, entah itu sumbangan
dari pemerintah atau pihak lain. Tidur beralaskan tikar dengan
perabotan seadanya serta kondisi sosial yang berbeda, merupakan
sebuah kehidupan baru bagi para korban bencana tersebut.
Hari baru dimulai dengan kegiatan sehari-hari seperti mencuci,
memasak serta aktivitas lainnya selayaknya hari-hari normal
sebelum bencana datang. Namun, kehidupan sosial yang baru bagi
masyarakat pengungsi yang tinggal di tenda juga mengalami
beberapa masalah.
Ketiadaannya privasi bagi setiap KK (kepala keluarga), menjadi
sebuah ganjalan tersendiri bagi sebagian tenda yang dihuni
beberapa KK. Terutama bagi pasangan suami istri, hal tersebut
dirasa sangat mengganggu.
Jaminan keamanan juga dikeluhkan, ”Setiap saat menjadi waspada
kalau hidup di tenda seperti sekarang ini,” ungkap Ibu Juarsi
yang tinggal satu tenda dengan dua keluarga lainnya. Untuk menyimpan
barang-barang berharga di tenda warga tidak tenang,
sehingga memunculkan saling curiga antara satu penghuni tenda.
Tidur bersama dengan keluarga lainnya dalam satu tenda
menyebabkan kehidupan sosial mereka semakin akrab. Namun,
di balik itu semua permasalahan privasi dan keamanan menjadi
ganjalan tersendiri, sehingga gesekan sosial dapat dimungkinkan
terjadi antarpenghuni tenda.
Selain itu, kenyamanan penghuni tenda juga tidak terjamin.
Masalah kesehatan banyak bermunculan, mulai dari terserang
diare sampai radang paru-paru. Hal tersebut menjadikan segala
sesuatunya tambah tidak mengenakan. Ditambah lagi dengan
sanitasi yang tidak memadai dan bersih. ”Belum lagi apabila hujan
datang, tinggal di tenda seperti tinggal di bawah air terjun,” ungkap
Tumirin.

Sumber: http://trulyjogja.com/index.php?action=news.details&cat_id=7&news_id=670
 
Inilah fenomena sosial yang perlu dikaji melalui sudut pandang
sosiologi. Analisislah kasus di atas dengan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
1.  Temukan dalam artikel tersebut akibat gempa bumi Yogyakarta
     apabila dilihat dari sudut pandang sosiologi!
2.  Temukan kenyataan dan informasi serta data kualitatif dan
     kuantitatif yang tertuang dalam kasus tersebut!
3.  Menurutmu adakah manfaat sosiologi dalam mengkaji kasus
     tersebut!
4.  Apasaja dampak positif dan negatif dari peristiwa yang terjadi dalam artikel tsb!
5.  nilai-nilai sosial apasaja yang terkandung dalam peristiwa tersebut!
6.  kaitkan peristiwa tersebut dengan nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan        alam!

cara menjawab: kalian harus menjawab dengan memposting jawaban di boks komentar..
SELAMAT MENGERJAKAN!!

Perempuan...

Perempuan spt embun pagi,yg dng tetes lembutnya,snggup memberi segar pd smua mahluk dibumi..

TUGAS REMEDIAL UAS SEMESTER GENAP KELAS X BIDANG STUDI SOSIOLOGI SMAN 11 TANGERANG

Perhatikan sepenggal wacana berikut ini!

Niat pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melokalisasikan perjudian ke
sebuah tempat di Kepulauan Seribu beberapa waktu yang lalu mendapat
berbagai tanggapan baik pro maupun kontra. Sebagian menyambut baik
usulan tersebut dengan alasan agar dapat memonitor kegiatan perjudian
seperti yang juga dilakukan oleh negara tetangga seperti Malaysia atau
ingin mengulang kembali apa yang pernah dilakukan oleh gubernur DKI
tahun 1967 dengan melokalisasi perjudian liar ke tempat-tempat tertentu.
Sebagian lagi menentang dengan keras usulan tersebut karena dengan
lokalisasi tersebut pemerintah dianggap mendukung perilaku berjudi, padahal
hal tersebut jelas-jelas dilarang oleh undang-undang.
Sumber: www.e-psikologi.com

Terlepas dari berbagai pendapat yang pro maupun kontra terhadap
perjudian, perilaku berjudi menjadi bahan menarik untuk dikaji mengingat
perilaku tersebut sangat sulit untuk diberantas. Oleh karenanya, cobalah
menganalisis kasus di atas berdasarkan materi yang telah kamu terima.
Untuk membantumu dalam mengkaji kasus di atas jawablah beberapa
pertanyaan di bawah ini.
1)  Sebagai seorang individu, bagaimana kamu menyikapi rencana
     pemerintah DKI Jakarta untuk melokalisasi perjudian?
2) Apakah suatu perilaku berjudi dapat dianggap sebagai perilaku yang
    menyimpang?
3) Jika ya, cobalah kaji termasuk perilaku menyimpang yang bagaimana
    apabila ditinjau dari sudut tujuannya dan jumlah pelakunya!
4) Secara umum, apa yang memengaruhi perilaku berjudi?

BELAJAR DARI MASALAH

1. Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu perilaku
menyimpang seksual. Menurut Emile Durkheim dalam teori
fungsi mengemukakan bahwa penyimpangan merupakan
faktor keturunan. Oleh karenanya, penyimpangan akan selalu
ada dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, penyimpangan
mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat.
Kaji dan analisislah fenomena mengenai pelacuran atau
prostitusi apabila dilihat berdasarkan teori fungsi. 
Adakah pelacuran mempunyai fungsi bagi kehidupan masyarakat?
Temukan dampak negatif dari keberadaan pelacuran atau
prostitusi dalam masyarakat!
2.Di berbagai kota besar, sudah menjadi pengetahuan umum
bahwa ulah remaja belakangan ini semakin mengerikan dan
mencemaskan masyarakat. Mereka tidak lagi sekadar terlibat
dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah, merokok,
minum minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi
tidak jarang mereka terlibat dalam aksi tawuran layaknya preman
atau terlibat dalam penggunaan Napza, terjerumus dalam
kehidupan seksual pranikah, dan berbagai bentuk perilaku
menyimpang lainnya. Di Surabaya, misalnya sebagian besar
SMA dilaporkan pernah mengeluarkan siswanya lantaran
tertangkap basah menyimpang dan menikmati benda haram
tersebut. Sementara itu, di sejumlah kos-kosan, tidak jarang
kasus beberapa ABG menggelar pesta putauw atau narkotik
hingga ada salah satu korban tewas akibat over dosis.
Inilah fenomena sosial saat ini. Kaji dan analisislah fenomena
tersebut. Pada dasarnya apa yang membuat para generasi
bangsa berperilaku menyimpang? Adakah faktor-faktor dari
luar diri remaja yang membuatnya berperilaku menyimpang?
Kenapa harus remaja?

 
PETUNJUK:
1. SELURUH JAWABAN YANG BERMUATAN OPINI HARUS SESUAI DENGAN PEMIKIRAN KALIAN.
2.  JAWABAN DARI KEDUA ARTIKEL DIATAS DIPOSTING DALAM KOMENTAR YANG TERSEDIA DALAM BOKS KOMENTAR YANG TERSEDIA,  DISERTAI DENGAN NAMA JELAS DAN KELAS.
3.  KOMENTAR HARUS SEGERA DIPOSTING PALING LAMBAT TANGGAL 13 JUNI 2012.

TUGAS REMEDIAL UNTUK KELAS XI IPS 1 DAN XI IPS 2 SMAN 11 TANGERANG

BACALAH ARTIKEL BERIKUT DENGANSEKSAMA!

AKULTURASI CINA BENTENG, WAJAH LAIN INDONESIA

MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstrak

melawan id, ego n super ego...

sepertinya itu yg terjadi dan dialami oleh umat manusia,
bagaimana ditengah masalah yg menyesak didada, tdk membuat kita berlaku 'aneh'..
aku dan diriku, seperti perang melawan nafsu,
kadang aku 'dipreteli' oleh nafsu...
kadang 'dia' tergilas oleh ragu,
mungkin aku, harus terbiasa dengan pilu...

_galau_

Q tak bisa membenci karna Q tak sanggup
tapi tuk bertahan, Q tak punya senapan
melihatmu seperti raga tanpa jiwa
diam,dengan kebisuan...

TUGAS REMEDIAL KELAS X.7 DAN X.8

PETUNJUK TUGAS: 
Bacalah artikel berikut ini, kemudian berikanlah komentar dikaitkan dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian...penilaian berdasarkan komentar yang kalian tuliskan disini..ingat, KAITKAN DENGAN MATERI SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Hidup Tanpa Sosialisasi


Tahun 1938, tepat di musim dingin, seorang pekerja sosial dengan
rasa ingin tahu berjalan ke sebuah pintu di rumah pertanian daerah pedesaan
Pennsylvania. Dalam upaya menyelidiki kemungkinan terjadinya kasus
penyiksaan anak, pekerja sosial itu segera menemukan seorang anak
berusia lima tahun yang disembunyikan di gudang lantai kedua. Anak itu
bernama Anna yang terjepit di atas sebuah kursi tua dengan tangan terikat
di atas kepalanya sehingga ia tidak dapat bergerak. Begitu pun kakinya
terlihat begitu lemah sehingga ia tidak dapat menggunakannya.
Anna dilahirkan tahun 1932 dari seorang wanita berusia 26 tahun yang
menikah dan terganggu secara mental yang tinggal bersama ayahnya.
Sedangkan ayahnya sendiri tidak bisa menerima cucu tidak sah dari anak
perempuannya itu di rumah. Sebab itu, Anna menghabiskan enam bulan
pertamanya di berbagai klinik perawatan. Karena ibunya tidak mampu
membayar biaya perawatan, Anna kembali ke rumah kakeknya yang tidak
menyukainya.
Untuk mengurangi kemarahan ayahnya, ibu Anna memindahkannya
ke loteng di mana ia hanya menerima sedikit perhatian dan susu
secukupnya. Di sanalah ia tinggal hari demi hari, bulan demi bulan, tanpa
berhubungan dengan manusia lain selama lima tahun lamanya.
Kondisi Anna sangat kurus dan lemah dalam berpikir. Dia tidak dapat
tertawa, tersenyum, bicara atau bahkan tidak dapat menunjukkan
kemarahannya. Dia sama sekali tidak mampu memberikan tanggapan apaapa,
seolah-olah hidup sendiri di dunia yang kosong.

TUGAS REMEDIAL UNTUK KELAS X.5 DAN X.6


PETUNJUK TUGAS: 
Bacalah artikel berikut ini, kemudian berikanlah komentar dikaitkan dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian...penilaian berdasarkan komentar yang kalian tuliskan disini..ingat, KAITKAN DENGAN MATERI SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Glamoritas dan Kekerasan dalam Sinetron Indonesia
 
”Orang terhadap televisi sudah tidak hanya melihat atau menonton
lagi, tetapi sudah terlibat di dalamnya” (McLuhan).
Pernyataan di atas mengukuhkan betapa kuatnya pengaruh televisi
bagi kehidupan para penontonnya. Jelas, separuh hidup kita dibenamkan
dalam tayangan-tayangan yang membuai imaji, ilusi, dan impresi kita. Nikmat
memang menjalani hidup dengan ”si kotak ajaib” ini, ia membantu kita
melepaskan realitas yang terjadi pada diri kita. Bius program-programnya
mengantarkan kita ke alam antah berantah yang tidak pernah kita sentuh,
bahkan kita bayangkan. Lihat saja si Clara dalam sinetron ”Dara Manisku”
yang ditayangkan di RCTI setiap Rabu pukul 08.00 malam yang hidup
dalam limpahan materi, bergaya hidup bak putri raja yang keinginannya
selalu bisa dipenuhi. Ini memang sengaja dihadirkan televisi hanya untuk
meraih rating yang tinggi, tanpa melihat dampaknya yang luas bagi generasi
bangsa ini. Akibatnya, tidak jarang kehidupan remaja saat ini terpengaruh.
Kehidupan glamor, merebaknya hp, hedonisme, konsumerisme menjadi
paham yang dipegang teguh. Terlebih budaya shooping menjadi hobi utama
para remaja saat ini.
Selain program-program sinetron glamor yang mencengangkan di atas,
tayangan kekerasan (violence) berupa pembunuhan, perkelahian, perkosaan,
pelecehan seksual, dan sejenisnya yang mengandung adegan-adegan
antisosial meneror anak-anak yang masih labil dan berpotensi tinggi
melakukan peniruan terhadap adegan-adegan tersebut. Coba saja kita tengok
sejenak tayangan sinetron ”Tangisan Anak Tiri” yang diperankan Dea Imut
di SCTV. Sinetron tersebut memang berkategori anak-anak, tetapi sangat
tidak layak dikonsumsi anak-anak, bahkan cenderung mengarah pada
praktik-praktik kekerasan pada anak-anak (child abuse). Adegan-adegan
kekerasan, yang tersaji di layar kaca kita selama ini tampaknya memang
sengaja mengeksploitasi ketegangan dan kengerian kepada para
penontonnya. Imbasnya, pada tahun lalu kita dikejutkan oleh sebuah berita
kriminal dari program ”Sergap” di RCTI yang menyiarkan tragedi memilukan
tentang seorang bocah yatim berumur 5 tahun yang babak belur, bahkan
beberapa tulangnya patah akibat ”dismack-down” oleh dua kakak angkat
laki-lakinya gara-gara meniru adegan perkelahian di sinetron.
 
Sumber: http//www.kpi.id/index.php? Categoryid = 10&P 2000_articleid = 22

TUGAS REMEDIAL UNTUK KELAS X.3 DAN X.4

PETUNJUK TUGAS: 
Bacalah artikel berikut ini, kemudian berikanlah komentar dikaitkan dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian...penilaian berdasarkan komentar yang kalian tuliskan disini..ingat, KAITKAN DENGAN MATERI SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


 Bebebong sebagai Proses Sosialisasi di Lingkungan
Keluarga Orang Rimba

Proses sosialisasi selalu terjadi dalam kehidupan sosial seorang individu
di mana pun mereka berada. Sebagai contohnya, pada orang Rimba atau
masyarakat umum lebih mengenalnya dengan sebutan kubu, sebuah
komunitas masyarakat asli (indigenous people) yang tinggal di dalam hutan
dan hidupnya bersifat nomaden. Proses sosialisasi terhadap nilai telah
diajarkan sejak individu masih bayi oleh sang ibu.
”Den lahukna tidurlah ngana lahu sokupe Biray tidur lah ngana tidur
kupe Biray tidur . . . tidur ngana au au anak . . . anak sokupe Biray tidurlah
ngana au au sokupe Biray jangan meratop anak, tidurlah ngana kupe Biray
tidurlah ngana tidurlah ngana tidurlah kupe Biray”
Sepintas kalimat di atas bagi orang awam yang tidak mengetahui artinya
mungkin hanya diterjemahkan sebagai sebuah kalimat biasa atau
percakapan pendek tanpa makna. Namun penggalan kalimat di atas ternyata
lebih dari sekadar mengandung makna tapi juga ritme nada, suatu bentuk
kesenian berupa nyanyian yang biasa digunakan oleh seorang ibu untuk
menidurkan anaknya (balita) yang menangis pada komunitas Orang Rimba.
Bebebong, begitu Orang Rimba menyebut nyanyian tradisional ini,
nyanyian bernada melankolis di atas tidak hanya dilakukan oleh seorang
ibu, tetapi bisa juga dinyanyikan oleh ayah, kakak, atau nenek dan kakek
dari anak balita itu. Pada saat membebong budak (anak) seorang ibu atau
anggota keluarga yang lain melakukannya sambil menggendong anak itu,
baik digendong di belalakang (didukung), di depan (didahamban), maupun
di ayun di atas tempat tidurnya yang terbuat dari kain dan diikatkan pada
kayu genah (rumah) mereka bagian atas. Nyanyian tradisional ini merupakan
salah satu cara bagi Orang Rimba dalam melakukan pola pengasuhan anak
atau tahapan dari proses sosialisasi yang harus dijalani setiap individu baru
untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai kelompok tempat
di mana ia lahir dan berinteraksi hingga dewasa bahkan sampai tua
sekalipun.
Sebagai salah satu cara dari pola pengasuhan anak yang merupakan
proses sosialisasi pada Orang Rimba, Bebebong menjadi salah satu bagian
yang tidak terpisahkan dalam memperkenalkan adat budaya Orang Rimba
pada seorang anak ketika ia masih kecil dan dianggap menjadi anggota
baru dari suatu komunitas adat masyarakat mereka. Hal ini adalah sebagai
proses pewarisan budaya dan pembelajaran panjang (internalisasi) pada
diri si anak untuk membentuk karakter ataupun sikap dalam dirinya, sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan nilai serta norma yang diterapkan dalam
masyarakat adatnya untuk meminimalisir deviasi sosial. Keluarga sebagai
unit sosial terkecil, tempat di mana seorang anak tumbuh dan berinteraksi
di awal hidupnya memegang peran yang penting menuju proses sosialisasi
yang lebih luas ketika ia beranjak dewasa dan bergaul dengan individu
lainnya di dalam maupun luar masyarakatnya.
Sumber: www.warsi.or.id

TUGAS REMEDIAL KELAS X.1 DAN X.2

PETUNJUK TUGAS: 
Bacalah artikel berikut ini, kemudian berikanlah komentar dikaitkan dengan materi sosialisasi dan pembentukan kepribadian...penilaian berdasarkan komentar yang kalian tuliskan disini..ingat, KAITKAN DENGAN MATERI SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Merosotnya Nilai dan Norma Generasi Muda
Masyarakat Indonesia sudah mengalami suatu kemunduran moral. Apa
yang ditabur oleh para elite pemimpin bangsa selama tiga dasawarsa itulah
yang dituai sekarang. Pranata dan tatanan hukum tidak lagi mampu untuk
memberikan rasa aman dan damai pada mayoritas rakyat kita. Tanah Aceh,
bumi Poso, daerah Ambon masih lembap dengan darah, duka nestapa,
dan cucuran air mata. Martabat bangsa Indonesia beradab semakin terpuruk
di pergaulan dunia internasional dan di dalam negeri sendiri.
Mayoritas generasi penerus tidak dibiasakan dididik dengan disiplin
dan self control. Setiap hari mereka terpengaruh nilai-nilai moral, kekerasan,
enaknya narkoba, ketamakan materi, keangkuhan hidup yang ditayangkan
melalui media audio dan video, tv, bacaan dan internet. Pikiran mereka
telah rusak, sehingga dilakukanlah hal-hal yang dilarang. Hari mereka penuh
dengan semua yang jahat, yang tidak benar, penuh dengan keserakahan,
dan perasaan dengki, penuh dengan keinginan berkelahi, menipu, dan
mendendam. Mereka suka membicarakan orang lain, suka memburukburukkan
nama orang lain, sombong dan kurang ajar, dan suka membual.
Pandai mencari cara-cara baru untuk melakukan kejahatan. Mereka
melawan, membodohi, dan menghina orang tua, banyak orang tua sekarang
takut terhadap anaknya sendiri.
Generasi penerus menjadi sasaran empuk untuk ditanamkan sistem
nilai berorientasi kepada membela diri ketimbang membela kebenaran.
Mereka mengejar pemenuhan kebutuhan sesaat, berdedikasi mencari
jawaban instan daripada pemikiran jauh ke depan. Malas berpikir merumuskan
solusi tuntas berjangka panjang demi kesejahteraan semua komponen
bangsa.
Di bidang karier, kaum eksekutif muda dipicu selalu dalam top condition
untuk memperbesar laba perusahaan. Kemegahan di bidang materi,
nyamannya memiliki power to dicide, makan-makanan enak dan kenikmatan
memiliki harta benda. Banyak yang akhirnya mengalami stres dan ambruk
terkena stroke.
Sedangkan kelompok masyarakat yang masih menjunjung tinggi
kesopanan, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, keramahtamahan, suka
menolong, mudah memanfaatkan, toleran pada kesalahan yang tidak
disengaja, menyusut secara tajam.
Inilah kenyataannya, bahwa telah terjadi kemerosotan nilai dalam diri
generasi penerus.

Sumber: www.hamline.edu

TUGAS SMK NUSA PUTRA KELAS XI TKJ DAN KU


 Sebelum mengerjakan tugas ini, kalian diwajibkan membaca materi tentang kelompok sosial di blog ini. setelah itu, jawablah soal-soal berikut !

1.  jelaskan perbedaan antara kerumunan dengan kelompok sosial?
2.  jelaskan macam-macam kelompok sosial!
3.  jelaskan macam-macam kerumunan sosial!
4.  jelaskan perbedaan antara formal group dan in formal group, beserta contohnya masing-masing!
5.  mengapa dalam masyarakat multikultural mudah terjadinya konflik sosial?
6.  jelaskan perbedaan antara paguyuban dengan patembayan beserta contohnya masing-masing!
7.  apa saja kriteria yang harus dipenuhi agar suatu kelompok manusia dapat dikatakan sebagai kelompok   sosial?
8.  sebutkan faktor-faktor yang mendorong manusia hidup berkelompok!
9.  apa yang dimaksud dengan:
     a.  kelompok volunter
     b.  urban community
     c.  etnosentrisme
10.jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia bersifat multikultural?


BACA ARTIKEL BERIKUT INI,KEMUDIAN JAWAB PERTANYAANNYA!

Menghapus Diskriminasi
Selama beberapa dekade, etnis Tionghoa di Indonesia dipinggirkan dan diperlakukan secara diksriminatif. Perjuangan untuk membebaskan diri dari diskriminasi tersebut berubah ketika kepala pemerintahan dijabat oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Dur telah mengambil kebijakan bersejarah bagi warga Tionghoa yaitu mencabut Peraturan Pemerintah (PP) No 14 Tahun 1967 yang berisi larangan atau pembekuan kegiatan-kegiatan warga Tionghoa.

Keinginan politik Gus Dur itu diteruskan oleh Presiden Megawati dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2002 yang isinya mengukuhkan Tahun Baru Imlek sebagai hari nasional. Karena itulah dalam rangkaian peringatan tahun baru China atau Imlek, sudah sewajarnya kita mengingat kembali jasa-jasa luar biasa Gus Dur. Karena ketulusan yang diikuti langkah berani memutus mata rantai diskriminasi tersebut, warga Tionghoa dapat menghirup kebebasan dan persamaan hak.
 
Sekadar mengingatkan bagaimana prasangka atau persepsi keliru terhadap etnis Tionghoa berlangsung dalam jangka waktu panjang dan sistematis. Kesaksian delapan tokoh yang ada dalam buku “Mereka Panggil Aku China” karya penelitian Dewi Anggraini akan mengingatkan kembali bagaimana perilaku buruk yang diterima oleh warga keturunan etnis Tiongho berjalan hingga pada generasi ke generasi. Kisah nyata dalam buku ini dihadirkan lengkap dengan perjalanan tokoh-tokoh tersebut, mulai dari kecil, dewasa hingga pada karir dalam kehidupan mereka. Kedelapan tokoh tersebut adalah Susi Susanti, Maria Sundah, Linda Christanty, Ester Indahyani Jusuf, Jane LuykebOey, Sias Mawarni Saputra, Milana Yo, dan Meylani Yo. Yang kesemua tokoh tersebut sama-sama berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Susi Susanty contohnya, dia dianggap “duta besar” di Indonesia dalam bidang olahraga, tapi pada 1998, saat dia berada di Hong Kong untuk pertandingan Uber Cup, keluarganya di Indonesia malah menjadi salah satu sasaran kekerasan dalam kerusuhan 11-14 Mei 1998. Keluarganya dijadikan sasaran karena keturunan Tionghoa, dan rasa nasionalisme mereka dipertanyakan. Sungguh ironis memang, tapi inilah kenyataannya. Di saat Susi Susanty berjuang untuk mengharumkan nama baik Indonesia di kancah internasional, malah keluarganya sendiri menjadi amukan orang-orang Indonesia saat itu. Kesaksian Susi Susanty ini tergambar jelas dalam halaman 95 s/d 124.

Lain lagi dengan Sias Mawarni Saputra yang berlaterbelakng agama Islam namun keturunan etnis Tionghoa. Dia bersama keluarganya tinggal di komunitas peranakan Tionghoa di Jatinegara. Sementara itu, karena mereka muslim, mereka tidak makan daging babi. Perlakuan buruk semasa ia kecil sampai dewasa telah membentuk pikiran alam bawah sadarnya bahwa ada yang aneh sebagai orang Tionghoa dan orang Islam, seakan dua kombinasi ini tidak beres. Kesaksian Sias mawarni Saputra ini dapat dilihat dalam halaman 158 s/d 188.
                
Menilik kisah-kisah sedih dan catatan buram seorang keturunan etnis Tionghoa di atas, bisa di tarik kesimpulan bahwa atribut-atribut negatif yang di tempelkan pada mereka telah menyebabkan berbagai masaalh dan kesulitan dalam gradasi berbeda-beda pada orang-orang etnis Tionghoa di Indonesia. Dan juga jelas, bahwa imaji negatif itu telah beredar sejak masa-masa sebelum pemerintahan Orde Baru, kendati dalam zaman Orde Baru imaji itu di perkuat dan di lembagakan upaya untuk mendiskriminasi wrga Tionghoa di Indonesia.

Pesan penting yang terkandung dalam buku ini adalah pesan moral bagi seluruh masyarakat Indonesia bahwa warga Tionghoa asli maupun berdasarkan keturunan, wajib untuk dilindungi dan dihormati sebagai sesama manusia. Stigma buruk yang di peroleh dari warisan leluhur maupun penguasa Orde Baru sudah saatnya d hilangkan demi terciptanya hubungan sesama manusia yang harmonis dan menjunjung perdamaian.

Peresensi Romel Masykuri
Alumni PP As-Syahidul Kabir, Pamekasan
Kader Muda Ashram Bangsa Jogjakarta

JAWAB PERTANYAAN BERIKUT BERDASARKAN ARTIKEL DIATAS!
1. Bentuk diskriminasi seperti apasaja yang diterima oleh etnis Tionghoa di Indonesia?
2. bagaimana pemerintah Indonesia memperlakukan mereka setelah gusdur mengeluarkan PP
Nomor 19 Tahun 2002?
3. bagaimana tanggapan kalian terhadap keberadaan masyarakat Tionghoa di Indonesia?
4. sikap seperti apa yang seharusnya ditumbuhkan pada masyarakat multikultur?

TUGAS DIKUMPULKAN PERORANGAN  MELALUI EMAIL KE annisaary19@gmail.com







Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural

Add caption

Perubahan Sosial, Modernisasi, dan Pembangunan


Sebagaimana telah dinyatakan oleh Comte, sosiologi dibedakan menjadi sosiologi statik dan sosiologi dinamik. Walaupun kajian sosiologi di sekolah menengah lebih menekankan segi-segi statika, seperti pada pokok bahasan struktur sosial, kelompok dan kelas sosial, institusi, nilai dan norma, dan sebagainya, tetapi sebenarnya juga telah menyentuh aspek-aspek dinamik atau perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat, seperti hubungan dan dinamika kelompok sosial dalam masyarakat majemuk dan  mobilotas sosial, sertu tentu saja kajian spesifik tentang perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan.
Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?
Kingsley Davis memberikan pengertian bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat,  sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Bagaimana kalau perubahan sosial dibandingkan dengan perubahan kebudayaan?
Secara singkat dapat dibedakan bahwa, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur dan proses sosial (konfigurasi dan hubungan di antara unsur-unsur sosial),  sedangkan perubahan kebudayaan terjadi pada struktur kebudayaan (nilai/idea, pola bertindak, dan artefak).
Apabila menggunakan pemikiran struktur kebudyaan, maka ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas daripada perubahan sosial.  Perubahan sosial terbatas pada perubahan sistem tindakan (sistem sosial),  sedangkan perubahan kebudayaan meliputi semua perubahan pada aspek kebudayaan masyarakat, yang meliputi (1) sistem idea, (2) sistem sosial, dan (3) sistem artefak.  Namun, apabila menggunakan pendekatan bahwa masyarakat dan kebudayaan merupakan dwi tunggal, sehingga masyarakat merupakan wadah dan kebudayaan merupakan isi, maka perubahan sosial lebih luas ruang lingkupnya daripada perubahan kebudayaan. Karena perubahan sosial akan meliputi semua perubahan yang terjadi pada masyarakat. Perubahan kebudayaan merupakan perubahan pada isi. Sehingga, perubahan kebudayaan merupakan bagian dari perubahan sosial.
Lepas dari beda sudut pandang tentang ruang lingkup perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, yang lebih penting diketahui adalah hubungan di antara keduanya.
Pernahkan Anda membayangkan,  perubahan interaksi sosial dari bersifat otoriter menjadi ekualiter apakah mungkin terjadi apabila tidak didahului oleh adanya perubahan nilai-nilai berkenaan dengan tanggapan orang terhadap orang lain dari yang bersifat vertikal (feodal) menjadi horizontal (demokratis)?Kemudian apa yang terjadi apabila dalam masyarakat terjadi perubahan-perubahan unsur kebudayaan seperti seni tari, seni musik, dan seterusnya, apakah akan mempengaruhi unsur-unsur sosial? Bandingkan dengan ketika suatu negara mengubah undang-undang dasarnya, apakah akan diikuti oleh perubahan-perubahan pada struktur dan proses sosial?
Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa perubahan sosial selalu diawali oleh perubahan kebudayaan. Tetapi tidak semua perubahan unsur kebudayaan diikuti oleh perubahan sosial, hanya perubahan-perubahan unsur kebudayaan yang fundamental saja yang diikuti oleh perubahan sosial. Misalnya perubahan undang-undang dasar. Perubahan unsur-unsur seni tidak akan diikuti oleh perubahan sosial, karena tidak bersifat fundamental.
Mengidentifikasi perubahan sosial
Perubahan sosial dapat diketahui bahwa telah terjadi dalam masyarakat dengan membandingkan keadaan pada dua atau lebih rentang waktu yang berbeda. Misalnya struktur masyarakat Indonesia pada masa pra kemerdekaan, setelah merdeka,  orde lama, orde baru, reformasi, dst.
Yang harus dipahami adalah bahwa suatu hal baru yang sekarang ini bersifat radikal, mungkin saja beberapa tahun mendatang akan menjadi konvensional, dan beberapa tahun lagi akan menjadi tradisional.
Bahwa perubahan sosial dapat dipastikan terjadi dalam masyarakat, karena adanya ciri-ciri sebagai berikut.
  • Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang, setiap masyarakat pasti berubah, hanya ada yang cepat dan ada yang lambat
  • Perubahan yang terjadi pada lembaga sosial tertentu akan diikuti perubahan pada lembaga lain
  • Perubahan sosial yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi sosial
  • Disorganisasi sosial akan diikuti oleh reorganisasi melalui berbagai adaptasi dan akomodasi
  • Perubahan tidak dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau spiritual saja, keduanya akan kait-mengkait
Tipologi perubahan
Perubahan Siklus dan Linier
Perubahan siklus
Perubahan-perubahan berpola siklus diterangkan antara lain oleh Arnold Toynbe, Oswald Spengler, dan Vilfredo Pareto, bahwa masyarakat berkembang laksana suatu roda, kadangkala naik ke atas, kadang kala turun ke bawah. Spengler dalam bukunya The Decline of The West menyatakan bahwa kebudayaan tumbuh, berkembang dan pudar laksana perjalanan gelombang yang muncul mendadak, berkembang, kemudian lenyap
Perubahan linier
Perubahan berpola linier dianut oleh Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Parsons, dst.,  bahwa kemajuan progresif masyarakat mengikuti suatu jalan yang linier, dari suatu kondisi ke kondisi lain, misalnya dari tradisional menjadi modern, dari agraris ke industria, atau sebagaimana yang dikemukakan oleh Alvin Tofler bahwa masyarakat akan bergerak dari masyarakat gelombang I yang agraris, menuju ke gelombang II yang industrial, dan akhirnya gelombang III masyarakat informasi, dan sebagainya.
Evolusi dan Revolusi
Evolusi merupakan perubahan yang berangsung secara lambat.  Menurut uniliniar theory of evolution ,  evolusi berlangsung melalui tahap-tahap evolusi tertentu,  menurut universal theory of evolution, perubahan yang terjadi secara lambat dan mengikuti garis evolusi tertentu, sedangkan menurut multilineal theory of evolution,  perubahan evolusi tidak mengikuti tahap atau garis evolusi tertentu,  karena perubahan pada  suatu unsur dapat mengakibatkan perubahan pada unsur lain, sehingga bersifat multilineal.
Sedangkan, revolusi merupakan perubahan yang berlangsung cepat, radikal,  dan/atau menyangkut nilai-nilai dan unsur-unsur yang mendasar.
Revolusi dapat berlangsung dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan. Dalam kehidupan politik,  revolusi politik terjadi apabila:  (1) ada keinginan umum, (2) ada pemimpin, (3) pemimpin tadi dapat menampung aspirasi,  (4) pemimpin tadi dapat menunjukkan tujuan yang konkrit maupun yang abstrak paska revolusi, dan (5) ada momentum yang tepat. Dapat dibayangkan, Revolusi Indonesia pada 17 Agustus 1945, dapat terjadi karena adanya momentum yang tepat, pembomam Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang lumpuh.
Perubahan Progresif dan regresif
Perubahan progresif merupakan perubahan ke arah kemajuan, sedangkan regresif merupakan perubahan menuju kea rah keadaan yang lebih buruk (mundur).
Peubahan intended (diinginkan) dan unintended (tidak diinginkan)
Perubahan intended merupakan perubahan yang diinginkan atau direncanakan (planned change), misalnya pembangunan, sedangkan unintended merupakan perubahan-perubahan  yang tidak diinginkan (dapat berupa dampak dari suatu perubahan).
Mengapa masyarakat mengalami perubahan?
Masyarakat mengalami perubahan disebabkan oleh baik faktor-faktor yang bersifat internal maupun eksternal, baik yang bersifat material ataupun nonmaterial/ideologis.
David Mc Clelland menyebut faktor hasrat meraih prestasi (n-Ach = need for achievement) sebagai faktor perubahan, sedangkan Alvin Betrand menyebut faktor komunikasi sebagai faktor perubahan yang penting.
Faktor-faktor penyebab perubahan
Apabila dibedakan menurut asal faktor, maka faktor-faktor penyebab perubahan dapat dibedakan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang beasal dari luar masyarakat, dapat berupa: (1) pengaruh kebudayaan masyarakat lain,  yang meliputi proses-proses difusi (penyebaran unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi (perkawinan budaya), (2)  perang dengan negara atau masyarakat lain, dan (3) perubahan lingkungan alam, misalnya disebabkan oleh bendana.
Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari dalam masyarakat, misalnya (1) perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk), (2) konflik antar-kelompok dalam masyarakat, (3) terjadinya gerakan sosial dan/atau pemberontakan (revolusi), dan (4) penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau penemuan  ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumny (b) invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan (c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah ada.
Faktor material dan immaterial
Faktor-faktor penyebab perubahan menurut jenisnya dapat dibedakan antara faktor-faktor yang bersifat material dan yang bersifat immaterial. Faktor-faktor yang bersifat material, meliputi: (1)  perubahan lingkungan alam, (2) perubahan kondisi fisik-biologis, dan (3)  alat-alat dan teknologi baru, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sedangkan faktor-faktir yang bersifat nonmaterial, meliputi: (1) ilmu pengetahuan, dan (2) ide-ide atau pemikiran baru, ideologi, dan nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat.
Max Weber menyatakan bahwa industrialisasi dan modernisasi di Eropa Barat pada abad ke-19 bersumber pada pandangan hidup agama Kristen Protestan (baca: Weber dalam The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism). Robert N. Bellah mengkaji tentang pengaruh agama Tokugawa terhadap perkembangan Jepang yg menghasilkan Restorasi Meiji. Ajaran Tokugawa: tentang bekerja keras dan menghindari pemborosan waktu, hidup hemat, serta jujur.
Di samping dikenal adanya faktor penyebab perubahan, berikut diidentifikasi tentang faktor-faktor pendorong dan penghambat perubahan.
Faktor pendorong perubahan:
  1. Kontak/komunikasi dengan kelompok/kebudayaan lain
  2. Pendidikan yang maju
  3. Need for Achievement (n-Ach)
  4. Sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya
  5. Toleransi
  6. Struktur sosial (stratifikasi) terbuka
  7. Penduduk yang heterogen
  8. Ketidakpuasan terhadap keadaan
  9. Orientasi ke masa depan
Faktor penghambat perubahan
  1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
  2. Perkembangan IPTEK yang terhambat
  3. Sikap masyarakat yang tradisional
  4. Vested interested
  5. Ketakutan akan terjadi kegoyahan dalam sistem sosial apabila terjadi perubahan
  6. Prasangka terhadap hal baru
  7. Hambatan ideologis (nilai sosial)
  8. Hambatan adat dan tradisi
Industrialisasi, Urbanisasi dan Modernisasi
Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang.  Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti  yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan.
Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial.
Menurut Samuel Huntington proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai berikut:
  1. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana menuju kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks
  2. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama proses homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi. Contoh: fenomena coca colonization, Mc world serta californiazation.
  3. Terwujud dalam bentuk lahirnya sebagai: Amerikanisasi dan Eropanisasi
  4. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindrkan dan tidak dapat dihentikan
  5. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat dihindari adanya dampak (samping).
  6. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner dan radikal; hanya waktu dan sejarah yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat serta dampaknya
Alex Inkeles dan David Smith mengemukakan ciri-ciri individu modern, sebagai berikut:
  1. Memiliki alam pikiran (state of mind) yang terbuka terhadap pengalaman baru
  2. Memiliki kesanggupan membentuk dan menghargai opini
  3. Berorientasi ke depan
  4. Melakukan perencanaan
  5. Percaya terhadap ilmu pengetahuan
  6. Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan
  7. Menghargai orang lain karena prestasinya
  8. Memiliki perhatian terhadap persoalan politik masyarakat
  9. Mengejar fakta dan informasi
Modernisasi sebagai proses industrialisasi dan urbanisasi
Menjadi modern identik dengan menjadi kota atau menjadi industri. Sehingga perubahan dari tradisional ke modern, akan identik dengan peubahan dari situasi desa menjadi kota, dan perubahan dari kehidupan agraris ke industri.
Talcott Parson menyebut variable-variabel yang berubah dalam perubahan itu, yaitu
  1. “Affektivity” ke “Affective Neutrality”. Dari hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada perasaan, ke hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada pertimbangan rasional atau kepentingan tertentu. Modernisasi dan industrialisasi membuat warga masyarakat mampu menunda kesenangan, yang kalau dalam aktivitas ekonomi akan muncul sebagai investasi.
  2. “Partikularisme” ke “Universalisme”. Dari interaksi dan komunikasi yang terbatas pada kelompok-kelompok, golongan-golongan, atau aliran-alirann, berubah ke lingkup yang lebih luas (universal).
  3. “Orientasi Kolektif” ke “Orientasi Diri”. Dari orientasi hidup untuk kepentingan kelompok ke kepentingan diri.
  4. “Askriptif” ke “Achievement”. Dari penghargaan kepada faktor-faktor bawaan lahir, berubah kepada penghargaan-penghargaan berdasarkan prestasi.
  5. “Functionally diffused” ke “Functionally specified”. Dari cara kerja yang bersifat umum dan serba meliputi, berubah menjadi berdasarakan kekhususan atau spesialiasi yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu. Bandingkan hubungan antara orangtua – anak dengan guru – murid. Orangtua – anak tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan guru – murid dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dampak perubahan
Dampak positif perubahan:
Globalisasi
Memudarnya batas-batas fisik/geografik maupun politik dalam masyarakat dunia, sehingga interaksi dan komunikasi sosial di antara orang-orang dapat berlangsung tanpa hambatan-hambatan yang bersifat geografik maupun politik.
Hal positif yang dapat diambil dari globalisasi adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, karena arus informasi dan alih teknologi dapat berlangsung tanpa batas.
HAM
Universalisme yang berkembang sesuai dengan arus perubahan menjadikan orang-orang mengakui akan HAM. Hak-hak azazi manusia tidak lagi dibatasi karena ras yang berbeda, agama yang berbeda, daerah, atau sukubangsa.
Demokratisasi
Terbukanya peluang berpartisipasi dalam proses ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan bagi segenap warga masyarakat, tidak memandang asal-usul daerah, kesukubangsaan, ras, aliran, ataupun agama.
Modernisasi
Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang.  Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti  yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial.
Dampak Negatif  Perubahan sosial, Modernisasi, dan Pembangunan
Beberapa dampak negatif dari perubahan sosial adalah:
  1. Westernisasi (meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve).
  2. Sekularisme (pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan pandangan hidup yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia, pada tingkatnya yang lebih ekstrim, sekularisme merupakan pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham yang tidak mengakui adanya Tuhan)
  3. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang dan jasa daripada membuatnya sendiri)
  4. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan merupakan keperluannya)
  5. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau gengsi tertentu)
  6. Liberalisme (faham kebebasan berfikir, misalnya Islam Liberal)
  7. Feminisme (gerakan sosial yang berupaya menempatkan perempuan dalam urusan-urusan public).
  8. Separatisme/pemberontakan/pergolakan daerah
  9. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam proses pembangunan, misalnya karena menekankan atau memprioritaskan daerah atau golongan sosial tertentu
  10. Munculnya berbagai tindak kejahatan, baik yang berupa kejahatan kerah putih (white collar crime) maupun yang berupa kejahatan kerah biru (blue collar crime)
  11. Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakan remaja, prostitusi, dan sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk menyesuaikan dengan taraf hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dan ketrampilan yang memadai (demonstration effect)